Permasalahan Yang Sering Terjadi Pada Sistem Wind Turbine di Indonesia

Permasalahan Yang Sering Terjadi Pada Sistem Wind Turbine di Indonesia

Fajar Sastrowijoyo

Energi angin merupakan salah satu potensi energi terbarukan yang dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap kebutuhan energi listrik domestik, khususnya wilayah terpencil.Pembangkit energi angin yang biasa disebut Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) ini bebas polusi dan sumber energinya yaitu angin tersedia di mana pun, maka pembangkit ini dapat menjawab masalah lingkungan hidup dan ketersediaan sumber energi.

wind-turbinePLTB: bebas polusi dan sumber energinya tersedia di manapun

Dari data Blueprint Energi Nasional, Departemen ESDM RI dapat dilihat bahwa potensi PLTB di Indonesia sangat menarik untuk dikembangkan karena dari potensi sebesar 9,29 GW, baru sekitar 0,5 GW yang dikembangkan, yang berarti baru sekitar 5,38%. Secara implisit, hal ini menyiratkan bahwa jumlah penelitian dan jumlah peneliti yang tertarik mengembangkan teknologi ini masih sangat sedikit. Prospek pengembangan teknologi ini masih sangat tinggi. Beberapa wilayah di Indonesia disinyalir dapat berkontribusi besar terhadap penggunaan pembangkit listrik tenaga bayu/angin (PLTB) diantaranya wilayah NTT, Maluku, dan beberapa wilayah Indonesia bagian timur.

Namun dari survey dan studi literatur dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), pengembangan teknologi PLTB di Indonesia menghadapi beberapa masalah penting yang harus dipecahkan karena menghambat pengembangan dan mengurangi minat masyarakat untuk memakai energi angin ini, yaitu:

  1. Rendahnya distribusi kecepatan angin di Indonesia. Daerah di Indonesia rata-rata hanya memiliki kecepatan angin pada kisaran 2,5 – 6 m/s.

  2. Besarnya fluktuasi kecepatan angin di Indonesia. Yang berarti profil kecepatan angin selalu berubah secara drastis dengan interval yang cepat.

potensiangin

Peta persebaran potensi angin Indonesia. Dapat dilihat bahwa distribusi kecepatannya relatif rendah.

Dengan rata-rata kecepatan angin yang rendah, generator yang dipasang harus dirancang untuk berputar secara optimal pada kecepatan angin yang rendah (yang kemungkinan terjadinya paling besar). Masalahnya, karena fluktuasi kecepatan angin di Indonesia cukup besar, kecepatan angin sering melonjak tinggi selama beberapa saat. Jika kita merancang generator untuk berputar secara optimal pada kecepatan angin rendah, generator tidak akan kuat menahan kecepatan angin yang tinggi. Akibatnya generator akan rusak.

Maka dari itu, biasanya turbin angin yang dipasang di Indonesia  tidak dirancang untuk berputar secara optimal pada kecepatan rendah yang kemungkinan terjadinya paling besar tersebut. Biasanya turbin angin yang dipasang di Indonesia dirancang untuk berputar secara optimal pada kecepatan angin yang sedikit lebih tinggi daripada kecepatan rendah yang dimaksud tadi.

Namun solusi ini menghadapi masalah baru yaitu turbin tidak akan berputar dengan baik pada kecepatan yang sangat rendah (yang sering terjadi juga karena besarnya fluktuasi). Akibatnya daya tidak terbangkitkan pada kecepatan rendah. Maka sistem turbin angin di Indonesia sering tidak menghasilkan daya (karena kecepatan sangat rendah cukup sering terjadi).

Bagaimana mengatasinya? Mari berdiskusi……

About sastrowijoyo

Energy & Engineering Researcher, Comedy Writer, alien abductor, monster breeder and such
This entry was posted in Wind Energy. Bookmark the permalink.

86 Responses to Permasalahan Yang Sering Terjadi Pada Sistem Wind Turbine di Indonesia

  1. coxon3011 says:

    penelitian untuk ini sudah mulai/ada kah di lab kinversi itb?

  2. sastrowijoyo says:

    sudah, mbak.

    kemarin bahkan sudah dipamerkan di National Innovation Contest. kalau baca kompas hari Rabu kemarin pasti dah tahu juga beritanya. hehe.

    berita lengkapnya sedang digodok di sini.

  3. Basir says:

    Ada gak peta distribusi kecepatan angin di Indonesia tahun 2008 atau 2007?

    Bagi dong kalau ada yg punya, krim ke email sya aja…
    Thanks ya..

  4. fendy says:

    ada..
    minta ama nemi aja, PADRG ’04…
    kirim ke email ke sinaga_nehemia@yahoo.com.
    Skripsi nya dia menggunakan data kecepatan angin di Indonesia tahun 2007 yang di dapat dari NASA..

    rata-rata kecepatan angin Indonesia 5 m/s.

  5. Basan says:

    Sangat menarik bila berbicara, tentang energi yang satu ini, boleh tau, bagaimana menentukan atau untuk memancang ketinggian kincir dari tanah. Apakah itu sama untuk setiap kondisi suatu wilayah. Trimakasih

  6. P. A. Dahono says:

    Data yang ada biasanya diukur untuk ketinggian 25 m dari permukaan tanah. Lebih tinggi biasanya lebih baik, tetapi konstruksinya semakin mahal.

  7. Basan says:

    Jika kecepatan rata-rata angin di Indonesia seperti yang dituliskan oleh mas Fendy 5m/s. Apakah mungkin teknologi Kincir Angin dari jerman bisa diterapkan di Indonesia. Seperti yang pernah saya baca untuk spesifikasi turbin angin buatan Jerman, kecepatan angin yang dibutuhkan rata-rata 6m/s. Trimakasih

  8. Basan says:

    Salam
    Saya kira teknologi ini sangat cocok dikembangkan di daerah saya berhubung letaknya yang berada di antara 330-2075 di atas permukaan laut. Yang pergerakan anginnya sangat banyak relatif stabil.Di mana bentuk topografi tanahnya Datar = 260,95 Km2 (0 s/d 2 %), Landai = 459,60 Km2 (2 s/d 15 %), Miring = 993,68 Km2 (15 s/d 40 %),Terjal = 621,10 Km2 (40 s/d 44 %).Yang ingin saya tanyakan adalah disamping faktor angin yang menjadi pengerak utama, tentu perhitungan dan desain alat tersebut. Faktor-faktor apakah yang perlu kita perhatikan Suatu wilayah layak mempergunakan listrik tenaga angin. Salam, Trima kasih

  9. pekik says:

    Apakah di daerah itu sudah ada jaringan listrik? Ini akan menentukan apakah pembangkitnya harus bekerja stand alone atau grid connected.
    Pembangkit stand alone biasanya sangat mahal dan kurang reliable

  10. Basan says:

    Salam, mas Pekik
    Saya sendiri masih kurang paham akan hal ini, bisa dijelaskan cara kerja grid connected itu apakah itu agar cara kerjanya besinergis dengan jaringan listrik.

    Sebenarnya jaringan listrik di sana ada. Tapi kebetulan daerah ini baru dimekarkan jadi kabupaten. Jadi saya pikir kedepannya adalah biar bagaimanapun, investor mau datang ke sana tentu harus ada fasilitas yang menunjang, misalnya investor mau membangun perusahaan. Jelas perusahaan sangat membutuhkan sumber energi sebagai peyokong berjalannya suatu perusahaan atau industri tersebut.

    Jadi intinya ketertarikan sebuah investor mau menanamkan modalnya di suatu daerah, dilihat dari kesiapan daerah itu untuk mengakomodasi kebutuhan investor tersebut. Gak salahkan mas…yang saya bilang, ha..ha.

  11. pekik says:

    memang mesti begitu kok cara berpikir investor

  12. Basan says:

    Salam
    Pak P.A Dahono, mungkin bapak bisa menjelaskan kira-kira kriteria apa yang dapat digunakan sebagai tolok ukur suatu daerah bisa menggunakan Pembangkit listrik tenaga angin. Adakah dasar-dasar penelitian yang harus dilakukan sebelum melakukan pembuatan PLTAngin.Tolong dijelaskan ya pak, sepertinya bapak paham akan hal ini. Trimakasih
    Salam

  13. P. A. Dahono says:

    Berapa kecepatan rata-rata, maksimum, dan availability anginnya?
    Berapa beban rata-rata, maksimum, dan minimumnya?
    Karena energi angin sangat berfluktuasi, bagaimana kita “meratakannya” APa pake batere, diesel, atau grid-connected?
    Kalau itu bisa dijawab maka kita bisa menentukan layak tidaknya.

  14. hasyim says:

    saya kira, perlu dikembangkan teknologi ini terutama daerah pantai, setahu saya di daerah jepara (pantai) itu memiliki kecepatan angin yang stabil (dibuktikan sudah pernah dirancang PLTB kapasitas 20 KW dengan generator synchron, pembangkit ini mulai operasi tahun 1997 tetapi 3 tahun terakhir ini tidak lagi dioperasikan karena kerusakan pada panel kontrolnya.
    mohon bantuan/sharing temen-temen yang pernah melakukan riset tentang hal ini, karena saya tertarik mengembangkan tetapi menggunakan generator asynchron (setahu saya tipe ini memiliki kelemahan yaitu dari segi efisiensi) trims

  15. yorga says:

    angin yang kecepatannya rendah artinya memiliki rapat daya per satuan luas (watt/m2) yg rendah. Agar lebih “berkualitas” maka rapat daya ini perlu ditingkatkan.
    Upaya ini analog dengan cermin parabolik yang terdapat di kompor matahari.

    nah struktur konsentrator seperti apa yang cocok untuk sistem fluida, itu dia yang harus diteliti.

    berikut ini salah satu contoh yang menarik
    http://www.gizmag.com/flodesign-high-efficiency-wind-turbine-based-on-jet-engine-technology/10556/

  16. Quinta says:

    melihat permasalahan tersebut, apakah tidak sebaiknya, ilmuwan indonesia berpikirnya ke arah solar Cell, karena di indonesia , potensi sinar matahari nya sangat besar

  17. fendy sutrisna says:

    Ilmuan di bidang elektro dan pembangkit listrik pada umumnya sedang berpikir untuk mencari pembangkit listrik yang ramah lingkungan (sedikit menghasilkan CO2) dan mampu menghasilkan daya listrik yang besar..

    Kalo berpatokan dengan tujuan diatas, saat ini pilihan pembangkit yang ada adalah pembangkit listrik selain pembangkit listrik tenaga thermal (batubara, minyak, dan LNG) karena pembangkit thermal menghasilka gas CO2 yang sangat besar dibandingkan pembangkit lainnya,,

    ‘Pemanasan global’ menjadi alasan utama kenapa pembangkit listrik energi terbarukan menjadi booming di dunia akhir2 ini.. Gk masalah mau ngembangin sel surya, angin, geothermal, pltn atau pembangkit lainnya.. Karena setiap daerah memiliki potensi energi yang berbeda2,,

  18. Reza says:

    saya baru memikirkan hal ini, dan langsung menemukan jawabannya setelah membuka website ini. apakah ada rancangan yang lebih “masuk” untuk kategori rumah tangga? bisa gak saya melihat skets design yang lebih detail wind turbinenya?

  19. P. A. Dahono says:

    Kalau utk rumah tangga, nampaknya lebih murah PV deh.

  20. Raja says:

    saya rasa masalah itu sudah dapat dieliminir dengan adanya revolusi dari conventional type ke suatu sistem baru Axial type yang beroperasi pada omni directional,Masalah fluktuasi tersebut jg dapat diperkecil dengan sistem ini, karena pengaturan brake nya sudah sangat efisien.

  21. Fitria says:

    Yang dimaksud: sistem baru type Axial ini apa? Bisa dijelaskan? Terima kasih.

  22. P. A. Dahono says:

    Raja: Axial type hanya mengatasi masalah roda gigi. Jadi tidak mengatasi masalah yang lain. Axial-type generator juga cenderung mempunyai ukuran yang lebih besar dibanding radial-type.
    Fitria: Axial-type maksudnya arah medan magnet sejajar dengan arah poros. Pada generator konvensional, arah medan tegaklurus atau arah radial terhadap arah poros.

  23. Permana Kurnia says:

    Kembali ketopik perbedaan kecepatan angin yg begitu ber fluktuatif. Maaf, saya hanya sebagai kaum awam, ingin turut berpartisipasi. Apakah mungkin dgn pengaturan sudut baling2 yg dapat berubah terhadap datangnya angin secara automatik (mekanik elektrik). Sehingga bila angin berkecepatan tinggi datang, poros jari baling2 akan berputar kearah sejajar datangnya angin, yg berakibat menurunnya jumlah putaran baling2 atau bahkan berhenti bila diinginkan(angin topan)(contoh ide:Helicopter). Terlepas faktor biaya tentunya

  24. P. A. Dahono says:

    Teknik seperti itu sudah banyak yang mencoba dan banyak yang berhasil dengan baik. Yang menjadi masalah adalah faktor biaya.

  25. Dea Erlangga says:

    Buat siapa saja yang merespon…mayday…mayday…

    Buat saya mengerti dari “A” sampai “Z” tentang bagaimana pembuatan,cara kerja dan hasil dari PLTB.

    kirim ke e-mail saya… terima kasih

  26. ade says:

    prinsip kerjanya gmana siy???

  27. pekik says:

    @erlangga n ade: tinggal search pake gooogle “wind power generation system” pasti dapet banyak

  28. Kami tertarik untuk melakukan pilot project wind turbine kombinasi dengan PV. Apakah pak Fajar bersedia untuk berdiskusi dengan saya di Jakarta?

  29. fitriani said says:

    pak pekik, saya sedang adakan penelitian mengenai pembangkit tenaga angin hanya saja didaerah saya yang merupakan pulau angin tidak bertiup dengan bagus, kadang2 daun pun tidak bergerak apa bapak ada saran untuk saya kecep. angin hanya kelas 2

  30. pekik says:

    kalau memang ga ada angin ya jangan coba dong. berat di ongkos nantinya

  31. rudy says:

    Kami lagi mengadakan uji coba, kincir angin, namun kami kesulitan mencari generator pembangkinya, bisa bantu gak?

  32. rudy says:

    saya ada ide untuk solusi angin di negara indonesia seperti pada uraian di atas, prinsipnya angin tidak menggerakkan generator secara langsung namun hanya dsimpan dalam bentuk energi potensial, kemudian energi potensial yang tersimpan inilah yang digunakan untuk menggerakkan generator.

    • Basan says:

      Mas Rudy, ide Anda sangat menarik. Bisa dijelaskan, bagaimana menyimpan energi potensial yang di maksud? Apakah ada alat untuk menyimpan energi tersebut.

      • rudy says:

        energi potensial bisa berbentuk apa aja, bisa potensial gravitasi atau bisa potensial pegas dsb. Tinggal buat aja sesuatu shg dapat meningkatkan ep sesuatu tsb.
        Misal buat beban taro pd tempat yang dpt bergerak vertikal bisa kan?

    • JBD says:

      Bung Rudy, semuanya perlu / boleh dicoba, meski tentu faktor yang paling jadi kunci adalah cost v/s efektifitas.
      – Kalau pakai pegas ataupun beban naik turun coba anda kalkulasi dari sisi teknisnya … seberapa kapasitas penyimpanannya, dan bagaimana kompleksitas serta keandalannya.
      – Kalaupun masih ingin / mau menyimpan sbg energi gravitasi, barangkali ya perlu niru mekanisme pembangkit pasang naik pasang surut … energi angin untuk mompa air.
      – Efisiensi ? ada di mechanic losses.
      – Soal cost ? entahlah, yang pasti perlu lahan besar utk kolam penampung air. mungkin saja di “suatu kondisi” hal tsb yang paling cost-effective.

  33. Bambang says:

    Saya sangat menyuakai hal ini dalam sedang dalam kajian, jika layak(CF-nya hingga 30%) saya akan gali dan implementasikan di daerah saya, untuk itu minta donk info lebih banyak lagi…!

  34. Irgiku says:

    Saya perna melakukan uji coba di daerah saya dan berhasil dengan baik, meskipun dengan kapasitas 200watt dengan kecepatan angin 3m/s = 10km/jam, lumayan kecilkan. akan tetapi turbin yang kami gunakan telah di modifikasi, dia meter turbin pun cuman 1 meter sangat kecilkan. klu ada tertarik bisa email ke saya, alamat emailnya adhy_75@yahoo.com. Saya akan berikan gambar dan videonya klu perlu.

  35. pekik says:

    bagaimana cara mengukur outputnya?

  36. Sigit Sudarsono says:

    Pak Pekik dan kawan2,

    Apa sudah ada kawan2 yang mengadakan studi kelayakan dan mendapatkan hasil yang layak untuk dibangun Wind Power kapasitas
    10 – 25 MW? Syukur kalau udh ada ijin2 dan sampai ada kerjasama jual beli listrik dengan PLN (PPA) karena ada investor yg tertarik. Mohon infonya, mungkin bisa disharing k japri saya
    sigitsudarsono@yahoo.com

    Terimakasih.

    Sigit

    • basuki says:

      Salam Green Power

      Sepanjang garis pantai di Yogyakarta atau tepatnya dari pantai Parangtritis hingga pantai Klayar Pacitan dengan jarak lebih dari 220 KM sangat berpotensi untuk dipasang PLTB dengan kapasitas sangat besar hingga mencapai 100 MW. Saat ini biaya pembangunan PLTB US $ 3,5 Juta untuk kapasitas 1 MW.

      Harga jual listrik PLTB ke PLN berkisar Rp 200,00 per Watt. Dengan perhitungan tersebut maka harga 1 MW = Rp 200 Juta. Jadi investasi US $ 3,5 Juta jika dikonversi ke IDR sekitar Rp 32 Miliar maka BEP diperoleh sekitar 160 bulan atau 13, 67 tahun.

      Jika ada investor yang tertarik, sungguh ini peluang yang besar.
      caesar.teknik@yahoo.com

      Salam Green

      • basuki says:

        harga Rp 200,00 pr Kwh diatas adalah asumsi minimal, pdhal saat ini harga jual PLN aalah Rp 1.200,00 Per Kwh

  37. pekik says:

    anginnya yang ga ada mas untuk daya segitu

  38. ACC Wind Technology says:

    dengan ini kami info kan bahwa kami merupakan salah satu produsen pembuatan PLTB di indonesia dan kita memiliki kriteria khusus dalam mendesain Wind Turbin, mungkin diantara bapak-bapak ada yang tertarik silakan hubungi saya di email : uhubeis@yahoo.com

  39. basuiki says:

    Salam Green Power

    Untuk mengatasi masalah kecepatan yang rendah dan fluktuiasi yang tinggi, bisa diatasi dengan beberapa metode:
    1. Secara mekanis dapat dipasang governoor: Governoor mekanis dipasang antara poros turbin dan generator listrik. Fungsinya menstabilkan putaran generator meski putaran turbin fluktuatif.
    2. Secara elektrik dapat dipasang regulator: Kecepatan poros akan berbanding lurus dengan tegangan output generator, Regulator akan menstabilkan tegangan tersebut pada kondisi yang diinginkan (misal 220 Volt).
    3. Metode lain yang dapat diterapkan adalah dengan menggunakan generator DC (Direct Current). Generator DC dapat beroperasi dari putaran 200 Rpm sampai 12000 Rpm sehingga sangat cocok pada penggerak yang fluktuatif. Kemudian jika dikehendaki tegangan AC 220 Volt dapat dipasang Inverter DC to AC. Output dari inverter diset 220 Volt 50-60 Hz, ini sangat cocok untuk digunakan hampir disemua peralatan listrik di Indonesia.

    Info lebih lanjut caesar.teknik@yahoo.com

    Salam Green Power

    • kus says:

      Masalahnya kan bukan hanya tegangannya saja yg harus dijaga Pak, tapi kalau anginnya rendah, powernya jauh berkurang walaupun tegangannya kita jaga konstan.

  40. basuki says:

    @ kus

    klo boleh tau seberapa rendah kecepatan angin yang dimaksud? dan jenis turbin yang digunakan? turbin dirancang untuk kecepatan minimal berapa?

    jika data-data itu ada, saya bisa ngasih solusi yang lebih akurat.

    Info lebih lanjut caesar.teknik@yahoo.com

    Salam Green Power

    • Kadek says:

      Yang jadi masalah di penelian ini adalah kecepatan angin yang berubah2,,
      untuk desain generator kecepatan rendah sudah banyak ada, tapi untuk aplikasinya pada kecepatan angin yang tinggi generator kecepatan rendah itu tidak bisa memanfaatkan energi yang ada karena generator akan rusak kalo dipaksakan berputar diatas kecepatan kerjanya.. Sebaliknya baling2 tidak kuat berputar kalo generator didesain di atas kecepatan rata2 angin..
      Selain itu, masalah lain dari generator angin kecepatan rendah biaya produksinya mahal.

      • basuiki says:

        Turbin konvensional dengan rotor terdiri dari 3 buah blade memiliki beberapa kelemahan:
        1. Putaran rendah
        2. kecepatan angin maks 60 m/s
        3. pada kecepatan tinggi menjadi bising
        4. jika kecepatan melebihi 60 m/s bisa mematahkan blade
        5. efisiensi masih kurang dari 30%

        untuk mengatasi masalah tersebut bisa dilakukan beberapa perubahan konstruksi rotor, misal:
        1. rotor dibuat tidak rigid, melainkan rotor dapat berubah sudut, hal ini dibutuhkan untuk mengatasi kecepatan angin yang berubah-ubah. perubahan sudut dari blade rotor dapat ditentukan dengan menghitung gaya Drag dan gaya Lift. energi yang digunakan untuk memutar generator adalah gaya Lift. gaya akan Drag akan meningkat sebanding dengan kecepatan angin, jika tidak dirubah maka blade bisa patah.
        2. konstruksi generator dirubah dengan menggunakan generator dc multi pole. Generator jenis ini dapat beroperasi mulai dari 200 Rpm hingga 20.000 Rpm untuk yang Digital, klo yang konvensional bisa beroperasi maks 12.000 Rpm. menurut saya sudah cukup aman digunakan dengan turbin angin konvensional.
        3. kalo untuk pemasangan baru bisa memilih turbin jenis Jet Wind Turbin. Turbin jenis ini dapat bekerja hingga kecepatan angin 80 m/s. konstruksi rotor lebih kecil sehingga tidak mudah patah. kecepatan putar juga lebih tinggi dibanding jenis konvensional pada kecepatan angin yang sama. Harga turbin juga lebih murah hingga 60%.

  41. dahono says:

    Untuk pembangkit angin tidak mungkin digunakan generator dc karena memerlukan brush dan komutator yang mudah rusak.
    Pengaturan pitch turbin tidak feasible untuk daya kecil
    Jika turbin dirancang mampu bekerja pada kecepatan tinggi, maka pada kecepatan rendah, dayanya akan sangat kecil. Ingat, daya sebanding dengan kecepatan pangkat tiga.

    • basuki says:

      salam green power

      Penggunaan motor DC sbnarnya sangat mungkin dan bisa, ini bukan hal yg mustahil, sebab motor DC yang sudah lama beredar ada yang jenis Brushless alias tanpa sikat. jadi alasan brush tidak pas lagi.

      pengaturan pitch yang maksud sebenarnya untuk membatasi gaya drag yang berlebihan saat kecepatan angin yang tinggi. karena ada beberapa pengalaman gaya drag dapat merusak baling” atao rotor.

      • Rinatho says:

        Pak Dahono berbicara tentang Generator DC, anda (Pak Basuki) menjawab dengan motor DC, disini kelihatan pembicaraan sudah tidak sambung. Sebaiknya anda buat dulu dan buktikan. Karena yang lain pasti tak percaya sebelum dibuktikan

  42. saya mau menanyakan bahan apa yang paling baik untuk bilah baling2 wind turbine/kincir angin?

    saya sudah membuat generatornya tipe axialflux magnet permanen dan cukup berhasil baik.

    terima kasih,saya tunggu saran mengenai bahan untuk bilah baling2nya.

    • basuki says:

      klo bahan yang baek untuk baling” bisa menggunakan plat aluminium, atau pale bahan fiber glass. klo yang paling baek sebenarnya tergantung ukuran yang direncanakan. untuk kapasitas besar banyak yang menggunakan plat aluminium, karena ringan dan mudah dibentuk, namun harga relatif mahal. untuk ukuran menengah dan kecil ada yang pake fiber glass atau kayu.

  43. dahono says:

    motor dc tanpa sikat atau brushless dc motor sebenarnya adalah motor ac magnet permanen yang dilengkapi inverter. Dilihat dari luar nampak seperti motor dc tanpa sikat. Motor ini hanya bisa dioperasikan sebagai motor, bukan sebagai generator.

  44. basuki says:

    salam green power

    Generator output DC yang tanpa sikat sebenarnya sudah lama diproduksi. BOSCH jerman sudah memproduksi sejak tahun 80-an.

    saya ada link regerensi untuk itu, namun sayang di forum ini menampilkan belum bisa karena server mungkin menolak diisi link ke halaman web.

    Keep Blue Earth

  45. dahono says:

    generator dc tanpa sikat pada dasarnya adalah generator ac magnet permanen yang outputnya dilengkapi penyearah dioda dan kadang dengan regulator tegangan

  46. basuki says:

    salam green power

    tapi ttp bisa untuk generator kan, jadi tidak hanya untuk motor. trus masalah brush sudah bukan kendala lagi

  47. dahono says:

    yes, bisa untuk generator. Tetapi dalam kasus ini malah hanya bisa sebagai generator, tidak bisa sebagai motor

  48. amanta says:

    Untuk mengatasi fluktuasi angin bertiup di gabung dengan pv solar.

  49. dahono says:

    fluktuasi power hanya bisa diatasi dengan batere, bukan dengan PV

  50. Satrya G says:

    Salam Green Power
    Bagi rekan2 yang membutuhkan Wind Turbine baik aplikasi utk pedesaan maupun perkotaan dapat menghubungi kami di satrya_fajarvisikalam@yahoo.com nanti akan kami kirimkan brosur produk kami.

  51. Firsta Bagus says:

    Bagaimana jika dengan membuat gearbox ? !
    jadi pada saat kecepatan angin rendah turbin dan generator akan menyesuaikan, dan bila pada saat angin dengan kecepatan tinggi datang maka secara otomatis turbin dan generator pun akan menyesuaikan pula.
    Mohon komentar yang membangun.
    Sekian dan terima kasih.

  52. dahono says:

    Jika dimungkinkan, gearbox dihindari karena membuat ukuran turbinnya besar

  53. Nanang Sud. says:

    Kebetulan saya juga baru terjun kembali untuk membuat generator, setelah 12 th terpendam ketika ingin membuat PLTB di Cirata. Sebaiknya sih dibuat Generator dengan low rpm, tetapi jangan lupa supaya ada kontrol bila terjadi angin yang besar dalam tempo sekejap…yaitu harus ada sistem pengereman (Brake System). Betul kata mas dahono kalo bisa gearbox dihindarai….disamping ukuran turbin besar juga diperlukan torsi yang besar untuk menggerakan turbin.
    nangsud@gmail.com

  54. Trias says:

    Mohon untuk menulis satuan mbok yao yang sesuai standar internatioanal, contohnya
    satuan daya = kW bukan Kw, kWh bukan KwH,
    satuan massa = kg bukan Kg atau KG,
    satuan panjang = m buka M

    Thanks.

  55. chandra says:

    sy sangat tertarik pada semua pembahan yang ada dan telah dibahas di atas, kenapa semua tidak memikirkan alat lain yg lebih sederhana, saat ini sy sedang menyiapkan teknologi “wind turbin” dengan menggunakan dinamo amper ato dinamo isi pada mabil, cukup slabil dalam pengisian tenaga, ututan pemasangan dinamo di hubungkan dg gear box yg tentunya telah di pasang baling2 kemudian dihubungkan ke accu sebagai bank energynya kemudian dihubungkan ke inverter dan munculah energi yang kita butuhkan, biaya relatif lebih murah dibanding dengan membeli generator

  56. dahono says:

    knp dibilang lebih murah?
    Bisa jadi lebih mahal.
    Ingat bahwa dinamo amper memerlukan rpm yang cukup tinggi untuk menghaslkan tegangan yang cukup stabil. Kalau kondisi nominal generator dirancang terjadi pada kecepatan angin yang maksimum, maka pada kondisi normal keluaran dinamo akan sangat kecil

  57. Yasir Husein says:

    baling2 hadir untuk memanfaatkan angin untuk memutar rotor.
    sayangnya angin tak stabil.
    bagaimana bila didapat putaran rendah yang stabil dari magnet motor yang dapat memutar as alternator. (magnet motornya dah ada)
    output listriknya pun jelas stabil, tapi kecil. mohon di koreksi kalo salah.
    (out of box mind.. 🙂 dapatkah atau telah adakah rangkaian eksternal untuk meningkatkan output AC nya tanpa harus memutar alternator lebih cepat.

    ( ide di dapat dari, penguat sinyal, step up, dan joule thief )

    mohon info nya kalo ada yang tau, alot of idea in my head 😀

    dan juga dibutuhkan penjual alternator, yang di indonesia aja.
    kabar2i ke yasiratsigah@yahoo.com ya gan. di tunggu.

  58. dahono says:

    penguat sinyal mendapatkan energi tambahan dari power supply, bukan dari sinyal input.
    Step-up converter hanya menaikkan tegangan, bukan menaikkan energi.

  59. teguh says:

    mohon bantuannya para ahli…..saya sedang melakukan tesis, saya tertarik mengenai wind turbin, saya inigin mencoba menerapkan fuzzy logic kedalam wind turbin,
    tetapi saya blm memhami benar apa itu wind turbin saya lg mencoba mencari permasalahannya bisa jelaskan tidak………….terima kasih banyak sebelumnya
    santos_teguh12@yahoo.com

  60. taq says:

    Saya setuju dengan ide pak teguh, dengan menggunakan Fuzzy logic akan mengurangi fluktuasi pada output powernya. setiap wind turbine mempunyai power curve yang berbeda2 dan dari power curve tersebut kita dapat mengatur power yg dihasilkan dari wind turbine. Dengan metode fuzzy logic kita dapat mengatur output power dengan mengatur rpm baling2. Trims

  61. mirza says:

    Kalau turbinnya di desain seperti cyclone yg dipakai untuk angin2 pada pabrik bisa ndak ya?
    Katanya cyclone dapat berputar meskipun angin sangat pelan karena ada perbedaan temperatur antara di dalam ruang dan luar sehingga cyclone akan selalu berputar.

  62. Thafhan Fathur Rahman says:

    Permisi,, boleh saya minta data fluktuasi angin di Indonesia?

  63. Eddy Gudadi says:

    Mungkin dgn cara variable / controlable pitch propeller. Cara ini sudah lazim diterapkan di kapal laut, helikopter dan pesawat udara. Di pesawat udara bahkan ada istilah feathering.

Leave a reply to P. A. Dahono Cancel reply