Mengapa tidak mencoba untuk berpikir tentang PLTN?

Oleh : Kadek Fendy Sutrisna

“Mari Kita Curahkan Perhatian  untuk Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bangsa”

(27 Januari 2010)

Kusmayanto Kardiman : “Pro kontra mengenai PLTN itu biasa. Justru ini ongkos pembelajaran publik yang paling murah,”

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) selalu menggelitik para pendengar, pembaca atau pemirsa di media koran, televisi atau media lainnya. PLTN akan selalu memunculkan pro dan kontra di kalangan masyarakat awam terhadap teknologi tersebut, maupun di golongan ilmuwan yang mengerti secara umum terhadap perkembangan teknologi PLTN. Dalam pengoperasian PLTN, jaminan terhadap keselamatan menjadi hal yang penting untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat yang tinggal di sekitarnya.

Gambar 1 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir tipe PWR 2×935 MWe

Berdasarkan Blue Print Energi Nasional, PLTN dapat menjadi alternatif sebagai pembangkit tipe base (beban dasar) di masa yang akan datang. Dimana dengan pertimbangan tren harga energi dunia, harga ekspor gas dan batubara yang lebih tinggi dari harga pemasaran dalam negeri, daya beli masyarakat terhadap gas dan batubara yang masih rendah, cadangan energi dan status kelistrikan Indonesia, pembangkit listrik masa depan Indonesia di tahun 2025, 17% -nya   adalah pembangkit listrik energi terbarukan yang dimana PLTN tercakup di dalamnya.

Mengapa harus menggunakan PLTN? Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang paling sering ditanyakan oleh masyarakat  kepada orang-orang atau pemerintah yang tertarik untuk mengembangkan teknologi pembangkit jenis ini.  Masyarakat dunia bukan hanya masyarakat kita selalu paranoid terhadap kata nuklir yang identik dengan istilah pada bom nuklir, senjata pemusnah masal, dan aksi teror.  Hal lain yang membuat masyarakat paranoid terhadap PLTN tentu saja adalah peristiwa Chernobyl di tahun 1986.

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) sangatlah berbeda dengan apa yang dibayangkan selama ini. Negara yang paling banyak menggunakan PLTN adalah perancis, dengan presentase lebih dari 78% dengan standard safety sebesar 99,9999%. Keuntungan PLTN dari sisi lingkungan adalah penggunaan PLTN sangat bersih, tidak menghasilkan CO2 bila dibandingkan jenis pembangkit listrik lainnya. Uranium sebagai bahan bakar PLTN mampu menghasilkan energi listrik yang jauh lebih besar daripada bahan bakar lainnya seperti batubara, minyak bumi, dan gas alam, dimana 1 gram uranium dapat menghasilkan energi panas yang setara dengan hasil pembakaran 4 ton bahan bakar batubara, dan 2 ton bahan bakar minyak bumi.

Kalau bicara statistik, dengan teknologi yang telah berkembang saat ini peluang kecelakaan yang terjadi di PLTN jauh  bahkan sangat jauh lebih rendah daripada pembangkit listrik jenis lainnya.  Atau kasarnya dapat juga disimpulkan bahwa peluang kita mati karena PLTN  lebih rendah daripada peluang mati kejatuhan meteor. (^_^) Selain itu, berbicara tentang teknologi yang diperlukan untuk merubah uranium hasil tambang menjadi bom nuklir tidaklah mudah dan tidak bisa dilakukan oleh teroris yang tidak punya laboratorium ekstra mahal. Penggunaan uranium sebagai bom nuklir memerlukan teknik pengayaan yang berbeda dan memerlukan energi 1000 x lebih besar teknik pengayaan uranium untuk bahan bakar PLTN.

Gambar 2. (a) Uranium alami (b) Uranium sebagai bahan bakar PLTN (c) Uranium untuk bom

Penggunaan PLTN juga memiliki keuntungan seperti halnya penggunaan pembangkit listrik renewable energy lainnya, PLTN memiliki keuntungan yang sama yaitu bahan bakar yang digunakan oleh PLTN dapat didaur ulang.  Keuntungan lainnya bila dibandingan dengan pembangkit listrik energi terbarukan adalah biaya produksi listriknya murah. Untuk menghasilkan energi listrik sebesar 1000 MW, biaya yang diperlukan untuk membangun 1 reaktor nuklir kurang-lebih sebesar 30 Triliun Rupiah dan memerlukan lahan seluas 1.7 km2. Bandingkan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) memerlukan biaya rata-rata sebesar 600~700 Triliun Rupiah dan memerlukan lahan seluas 67 km2. Atau dengan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) memerlukan biaya sebesar 100 Triliun Rupiah dengan lahan yang diperlukan seluas 246 km2.

Kapasitas pembangkit listrik Indonesia saat ini adalah sebesar 33.352 MW. Kapasitas tersebut berasal dari pembangkit milik PT. PLN sebesar 28.041 MW atau 84,06% dari total kapasitas terpasang, pembangkit swasta (IPP) sebesar 4.244 MW atau 12.72%, dan pembangkit terintegrasi (PPU) sebesar 1.066 MW atau 3,22%. Bukankah akan lebih bijaksana kalau kita sebagai masyarakat Indonesia jangan terlalu paranoid terhadap PLTN agar bisa membantu pemerintah untuk mensukseskan program membangun pembangkit listrik masa depan Indonesia yang sesuai dengan Blue Print Energi Nasional. Melalui tulisan ini saya mengajak seluruh pembaca untuk mulai peduli dengan keadaan kelistrikan negara kita.

Gambar.3 Bayangan tentang PLTN 4 x 1000 MW di Indonesia di tahun 2025

Jabat erat,

Artikel terkait :

Sarwiyana Sastratenaya : “Masa depan pembangunan PLTN di Nusantara sekarang berada di tangan pengambil kebijakan tertinggi yakni Presiden SBY.”

Edwin Kristianto : “Energi nuklir bukanlah obat mujarab untuk mengatasi pemanasan global. Meski anda kesampingkan masalah penyimpanan limbah jangka panjang dan bahaya kecelakaan dan kerentanan serangan teroris, anda masih punya dua masalah yang lebih sulit. Pertama adalah biaya. Kedua adalah proliferasi senjata nuklir.”

Sarwiyana Sastratenaya :“Kegagalan industri nuklir di satu negara akan menyebabkan industri nuklir di seluruh dunia jatuh. Jadi tidak usah didemo karena sudah ada badan yang mengawasi,”

Carunia Mulya Firdaus : “Indonesia sudah jauh ketinggalan dalam penggunaan nuklir sebagai sumber energi dibandingkan negara lainnya. Di India saja misalnya sudah ada 17 PLTN dan hingga kini tidak ada permasalahan bagi warganya,”

Deputi Menteri Negara Riset dan Teknologi : “Tambahan energi di dalam negeri sudah sangat mendesak bukan saja untuk kebutuhan industri, dan menarik investasi, tapi juga masyarakat,”


Taswanda Taryo :
“Berdasarkan pengalaman di beberapa negara maju yang sudah memiliki PLTN, mereka tidak mengalami pemadaman listrik atau byar pet. Indonesia pun akan mengalami hal serupa,”


About konversi

This blog is a blog made by the students of the Laboratory Of Electric Energy Conversion, ITB. This blog shall be the place for us to write our researches and projects. Feel free to read any of the contents of this.
This entry was posted in PLTN. Bookmark the permalink.

17 Responses to Mengapa tidak mencoba untuk berpikir tentang PLTN?

  1. Eng says:

    sebenarnya permasalahannya sudah jelas Dek…, di negara kita kuasa politik masih terlalu kuat, semua penjelasan yang benar secara science dan teknologi belum tentu diterima kalau tidak ada keselarasan politik yang diinginkan.

  2. Kadek 門倉 says:

    Siaap…!
    Eng,,
    di masa depan gw bakal perjuangkan tuh PLTN di Indonesia..
    bulan feb 2010 ini gw lagi kunjungan ke PLTN2 yang ada di Jepang,,
    udah terlanjur jatuh cinta nih gw sama PLTN,, gmana pun caranya harus gw perjuangkan supaya ada PLTN di Indonesia di masa depan..

    kalau pun harus ngumpulin duit dari ikatan2 alumni dan teman2 lainnya, dan pakai duit sendiri untuk bangun 1 reaktor untuk Indonesia gw lakuin kok.. ^_^
    hehehheeee..

    Pasti Indonesia punya PLTN di masa depan.. ^_^

  3. Firman Chandra says:

    Kalo menurut saya kak,sebenarnya ada 3 bidang masalah yang dihadapi :
    1. bidang keilmuan
    Yang menjadi permasalahannya apakah kita atau khususnya engineer+scientist indonesia siap akan adanya PLTN. Disini kata-kata “siap” bukan sekedar siap menerima PLTN masuk ke indonesia, akan berarti siap akan fase-fase setiap proses yang akan dilalui,misalnya sampai proses controlling,maintenance, dan lainnya. Dengan kata lain dasar nya adalah ilmu di kelas ini jika kita anggap etika atau moral dari engineer+scientist kita bagus untuk visi PLTN.
    2. bidang politik
    bidang ini adalah bidang paling berbahaya akan dinamika lapangan. walaupun suatu ide sudah dibuat menjadi program dengan katakanlah dengan suatu program yang sangat berguna outputnya, dapat berubah menjadi suatu program yang akan menjadi bom waktu bagi kita masyarakat. Disini,letak permasalahannya adalah orang yang mengambil ranah politik yang bertanggung jawab terhadap hal ini khususnya pltn.Dibutuhkan orang yang benar2 paham akan berpolitik dan dibekali keilmuan pltn juga,bukan berlatarbelakang misalnya orang hukum atau ekonomi. Kenyataan nya itulah yang terjadi di indonesia. Kecakapan mengambil suatu ranah yang masih kurang bagi politisi kita.
    3. bidang sosial
    Disini kenapa bisa terjadi paranoid ya gampang saja,karena sosialisasi terhadap masyarakat. Ditambah lagi latarbelakang masyarakat indonesia yang bisa dibilang kurang mengalami pendidikan. Jadi ketika diberikan suatu isu atau ide, yang langsung dilihat adalah dampak negatifnya,walaupun dampak negatifnya lebih sedikit ketimbang positifnya.

    Inilah permasalahan yang kerap di alami bangsa Indonesia baik itu dalam mengaplikasikan suatu teknologi. Dan ketiga kelas itu saling berhubungan erat. Jadi kak,menurut saya bisa kita laksanakan dan terapkan PLTN di Indonesia ketika ketiga bidang permasalahan diatas bisa kita atasi.

  4. angin165 says:

    tidak ada yang salah dengan PLTN, di dunia banyak yang memakai PLTN dan merasakan hasilnya. memang ada 2 kecelakaan pltn paling buruk dalam sejarah (the most severe nuclear accidents)
    tinggal sekarang manusianya mau atau tidak? kalau memang tidak mau dan tidak ada niatan ya sampai akhir dunia tidak akan memakai pltn.
    lagipula indonesia itu sangat luas, ketika suplai energi di jawa sudah tidak bisa dibantu lagi, produksi akan dengan sendirinya beralih di pulau lain. kalau di pulau lain tidak ada suplai energi ya sudah selesai saja.

  5. pekik says:

    No 1, daya yakin engineer kita siap. No. 2, no comment karena sistem politik kita memang lagi sakit. No. 3, saya yakin juga bisa. Ini tugas kita untuk educate masyarakat.

  6. kadekadokura says:

    1. Kalau berdasarkan pengalaman belajar saya, lebih susah saat belajar ELDA dan MME daripada belajar teknik nuklir.
    Jadi kalo sekarang Indonesia sudah punya beberapa ahli dibidang Elektro (microgrid, sel surya, generator untuk sistem PLTB dll) diatas, 10 – 15 tahun lagi saya yakin Indonesia gk akan kesulitan untuk menciptakan ahli2 di bidang nuklir.
    (sekarang pun sebenernya sudah banyak ahli2 nuklir yang siap, dan pak pekik lebih tau sepertinya)

    2. Bukan bermaksud menyalahkan sistem politik Indonesia, tapi kenyataannya memang Indonesia suka ikut2an, gk ada pemerintahan yang melanjutkan atau berpikir ttg program jangka panjang,,
    (kasarnya kalo bisa baca pola pikir pemimpin jaman sekarang : saya gk peduli deh sama program pemerintah selanjutnya, Indonesia 10 – 15 tahun lagi jadinya seperti apa, yang penting selama saya menjabat ‘image pemerintahan’ saya bagus di mata masyarakat)

    3. Saat ini PLTN di dunia menghasilkan listrik sebesar 17% dari jumlah total energi listrik yang dihasilkan. Dan akan terus meningkat seiring dengan banyak negara yang mulai menggunakan PLTN
    (contoh : China (2008, 11 PLTN beroperasi (9.068 MW) ; 15 PLTN tahap konstruksi (15.260MW) dan masih ingin membangun 180 PLTN baru (192.770MW), Vietnam yang awalnya anti nuklir mulai bulan kemaren sudah membangun 2 PLTN)

    *) http://kadekadokura.wordpress.com/2010/02/14/pltn-di-dunia-world-nuclear-reactors/)

    Naluri saya sih sebagai lulusan teknik elektro untuk memikirkan dan belajar ttg tren kelistrikan Indonesia dan hubungannya dengan kelistrikan dunia di masa depan,, supaya saat Indonesia mulai berpikir untuk menggunakan PLTN, saya dan engineer2 nuklir lainnya sudah siap untuk diandalkan saat itu juga.. Semoga keyakinan saya gk salah kalo 10 – 15 tahun lagi Indonesia pasti punya PLTN

  7. pekik says:

    Belajar di Jepang terasa lebih mudah karena kita very well motivated. Jangankan politikus, semua orang berpikir jangka pendek, mulai dari pejabat sampai rakyat kecil. Termasuk banyak mahasiswa ITB, yang penting lulus. Indonesia butuh banyak negarawan yang bisa berpikir longterm. Kalau mahasiswa saja sudah tidak idealis, bagaimana yang sudah kerja.

  8. konversi says:

    Setuju,Pak..
    Saya juga sering berpikir seperti itu..
    Sering baca berita kalo pejabat kita ini suka ini, kalo pejabat kita itu bisanya cuma itu, jelek2nya banyak tertulis di koran..

    tapi kalo dipikir baik2 lagi sewaktu jaman mereka mahasiswa saya yakin kalo pemimpin2 kita itu adalah salah satu mahasiswa2 idealis dan terhebat-nya Indonesia..
    Jadi setuju banget dengan kata2 bapak, kalo mahasiswa sekarang saja sudah tidak idealis, kebayang dimasa depan kalo orang seangkatan saya jadi pemimpin nanti, sudah pasti 100% lebih gk idealis dari pemimpin yang ada sekarang.

    Ayoo Pak.. Tugasnya pengajar juga menularkan semangat idealis ke mahasiswa2nya.. Dan mahasiswa yang pernah bapak ajarkan akan menularkan semangat itu ke teman2nya.. ^^

  9. kus says:

    Saya dapat info dari temen saya di sini. tapi saya juga belum verifikasi kebenarannya sih.
    Temen saya dapat info kalau ternyata Pemerintah Indonesia sudah menandatangani kontrak dengan Prancis melalui AREVA mengenai proyek PLTN di Indonesia. Bentuk kerja samanya seperti apa juga saya belum dapat informasi yang sepenuhnya…

    Salam

  10. Mengapa nuklir,

    sudah dijelaskan diatas.

    Kalimantan dan Sumatera kaya batu-bara, tapi mengapa listrik disana tetap byar pet?

    Jawa kaya sumber geothermal dan potensi tenaga air, tapi mengapa tidak dipakai?

    Begitu pula dengan pulau-pulau yang lain pasti juga punya potensinya sendiri sendiri.

    • yoyok says:

      kalo solar satu jerigen banyak yang beli, kalo batubara 1 karung belum tentu ada yang beli bos.
      Itu masalahnya.
      Waktu zaman belanda sudah pernah ada pltu berbahan bakar batubara di kaltim

  11. salute dengan semangat kaka kadek 😀

    numpang nimbrung ya..
    dari yang saya baca, semua setuju kalau keterlambatan Indonesia dalam pemanfaatan energi nuklir dikarenakan dukungan politik yang tidak didapat oleh para ilmuwan, dan adanya paradigma di masyarakat kalau nuklir itu ya bahaya (padahal kita cuma baca dbuku sejarah, ga ngerasain langsung kek Jepang, hehe).

    Untuk faktor politik, saya rasa kita tunggu saya kalau2 ada lulusan elektro yang masuk jalur birokrasi dan politik, kalau soal keilmuwan (operasi dan keamanannya) saya percaya 100% dengan semangat kaka2 konversi sekalian hehe..

    Lantas bagaimana dengan faktor ekonomis? kalau yang saya tahu, biaya untuk memurnikan uranium sehingga bisa dipakai untuk PLTN sangat mahal (cmiiw), namun kita punya potensi uranium di kalimantan. Trus untuk teknologi nuklir itu sendiri, dengan pertimbangan kebutuhan energi listrik yang terus melonjak dan ekonomis, apakah lebih baik memamakai langsung teknologi luar atau lebih baik riset selama 10 tahunan atau bahkan mengijinkan pabrik PLTN asing berdiri di INdonesia lengkap dengan penelitiaannya sehingga kita bisa belajar.. hehe

    Terima kasih

    • angin165 says:

      -robin
      IMHO
      PLTN dicirikan dengan harga investasi yang sangat mahal (dan pemeliharaanya) namun harga bahan bakarnya jauh lebih murah daripada pembangkit listrik jenis yang lain.

      Sepanjang yg saya tahu, ternyata tetap memproyeksikan harga listrik per kWh dari PLTN di beberapa negara masih lebih murah daripada coal-based generation (kasar, 20% lebih murah) apalagi sekarang ini juga diterapkan “carbon-tax” untuk pembangkit menggunakan fosil fuel. (www.world-nuclear.org).

      Dengan investasi yang sangat besar itu, kiranya memang kembali ke kebijakan negara. Untuk negara-negara pengimpor fosil fuel, pasti akan mempertimbangkan menghabiskan uang di dalam negeri sendiri daripada harus bayar mahal ke negara lain untuk beli bahan bakar.

      Nah, Indonesia? bisa ya! hehe 🙂

      cmiiw, maaf panjang, regards

  12. Kadek 門倉 says:

    Kalo dibandingkan pembangkit listrik lain memang investasi PLTN mahal, tapi masih lebih murah daripada investasi untuk pembangkit renewable energi (termasuk pembangkit listrik tenaga air juga kalo gk salah)

    Rata-rata negara yang sudah meng-operasikan pembangkit tenaga nuklir paradigma masyarakatnya ttg nuklir jadi berubh dari tidak mendukung setengah lebihnya mennjadi mendukung.

    Sebagian PLTN di jepang sudah pernah saya kunjungi (dari atasnya Jepang sampai tengah-tengah), gk ada yang mengerikan dari PLTN, kalo diliat dari luar seperti pabrik biasa bukan pembangkit listrik (cerobong asapnya jauh lebih kecil dari PLTU) bahkan dosen bahasa jepang saya, kalo dilihat dari pandangan orang awam, bilang PLTN sudah seperti apartemen2 di Jepang, karena bangunannya didesain sedemikian rupa sehingga gk buat masyrakat sekitarnya paranoid.

    masalah harga bahan bakar, lebih murah bahan bakar uranium daripada bahan bakar fosil.(biaya listrik per kwh PLTN lebih murah)

    Indonesia harus bisa.. ! Jangankan negara, orang aja gk bisa maju kalo gk punya ENERGI! ^^

    Seperti judul diatas, gk ada salahnya PLTN untuk mengantisipasi harga bahan bakar fosil yang diperkirakan bertambah mahal dari tahun ke tahun.

    Lagian lebih murah biaya trasportasi 1 gram uranium daripada 2-3 ton batubara dan minyak bumi, iyaa kan?

    Kalo proyek 20.000 MW selanjutnya berbahan bakar batubara, kasian ntar pulau Jawa pantainya cuma di pakai buat pelabuhan aja..

    Makanya seperti kata robin kalo mengesampingkan politik, saya yakin 4000 MW masuk PLTN dan sisanya renewable energi lainnya.. ^_^

  13. agus says:

    Assalaualaikum….bang,
    Indonesia sudah merencanakan pembangunan PLTN sejak 1956 dan mengkristal pada 1972 yang bersamaan dengan dibentuknya KP2PLTN oleh BATAN. setidaknya dalam kurun waktu tersebut bangsa ini sudah memiliki pengalaman yang matang yaitu oleh BATAN (sudah memiliki 3 reaktor nuklir di Serpong, DIY dan Bandung). Ketiga reaktor tersebut berjalan dengan baik dan masih dimanfaatkan untuk penelitian). Disini menunjukkan bahwa kemampuan dan SDM putra bangsa ini tidak perlu diragukan lagi dalam hal penguasaan teknologi Nuklir.

    Perkembangan atas rencana pembangunan PLTN di Indonesia tetap berjalan sesuai dengan UU No.17 tahun 2007 tentang energi Mix, dimana masih dalam tahap persiapan.

    Setidaknya kapan waktunya untuk bangun PLTN..? menurut saya sih..ya..saat ini adalah waktu yg paling tepat. semua untuk kemaslahatan bangsa….masa depan bangsa…saya doakan aja semoga Presiden kita segera mengambil keputusan tuk bangun PLTN, yang pasti saya akan dukung…….GO…GO…GO…PLTN Yes!!!!

  14. mas kinantan says:

    Betul broww kenapa ga di kembangin aja tuh pltn, itung itung bisa menghemat biaya APBN

  15. Pingback: Siapkah Indonesia untuk PLTN? | KEM2011

Leave a reply to Syafiq Irsyadi Cancel reply